Wednesday, December 24, 2014

KERIS

KERIS MPU GANDRING


Keris Mpu Gandring adalah senjata pusaka yang terkenal dalam riwayat berdirinya Kerajaan Singhasari di daerah Malang,Jawa Timur sekarang. Keris ini terkenal karena kutukannya yang memakan korban dari kalangan elit Singasari termasuk pendiri dan pemakainya, Ken Arok.

Keris ini dibuat oleh seorang pandai besi yang dikenal sangat sakti yang bernama Mpu Gandring, atas pesanan Ken Arok, salah seorang tokoh penyamun yang menurut seorang brahmana bernama Lohgawe adalah titisan wisnu. Ken Arok memesan keris ini kepada Mpu Gandring dengan waktu satu malam saja, yang merupakan pekerjaan hampir mustahil dilakukan oleh para "mpu" (gelar bagi seorang pandai logam yang sangat sakti) pada masa itu. Namun Mpu Gandring menyanggupinya dengan kekuatan gaib yang dimilikinya. Bahkan kekuatan tadi "ditransfer" kedalam keris buatannya itu untuk menambah kemampuan dan kesaktian keris tersebut.

Setelah selesai menjadi keris dengan bentuk dan wujud yang sempurna bahkan memiliki kemampuan supranatural yang konon dikatakan melebihi keris pusaka masa itu. Mpu Gandring menyelesaikan pekerjaannya membuat sarung keris tersebut. Namun belum lagi sarung tersebut selesai dibuat, Ken Arok datang mengambil keris tersebut yang menurutnya sudah satu hari dan haris diambil. Kemudian Ken Arok menguji Keris tersebut dan terakhir Keris tersebut ditusukkannya pada Mpu Gandring yang konon menurutnya tidak menepati janji (karena sarung keris itu belum selesai dibuat) selebihnya bahkan dikatakan untuk menguji kemampuan keris tersebut melawan kekuatan supranatural si pembuat keris (yang justru disimpan dalam keris itu untuk menambah kemampuannya). Dalam keadaan sekarat, Mpu Gandring mengeluarkan kutukan bahwa Keris tersebut akan meminta korban nyawa tujuh turunan dari Ken Arok. Dalam perjalanannya, keris ini terlibat dalam perselisihan dan pembunuhan elit kerajaan Singhasari yakni :
  • Terbunuhnya Tunggul Ametung
  • Terbunuhnya Ken Arok
  • Terbunuhnya Anusapati
  • 7 Turunan Ken Arok




SUMBER: WIKIPEDIA


Friday, December 19, 2014

BONEKA RAKSASA DARI BETAWI

ONDEL - ONDEL

Hingga sekarang, tak ada yang tahu mengapa arak-arakan boneka berukuran besar itu dinamai Ondel-ondel. Tetapi jika ada yang bertanya mengenai kesenian tradisional DKI Jakarta, jawaban pertama yang akan terlontar adalah kesenian Ondel-ondel. Kiranya, ungkapan tersebut tidak berlebihan melihat betapa melekatnya kesenian Ondel-ondel dengan masyarakat Jakarta, khususnya Betawi. Setiap ada hajatan, arak-arakan Ondel-ondel tak pernah ketinggalan memeriahkan pesta tersebut. Baik pesta besar, atau khitanan anak sekalipun.

Dilihat dari spontanitas dan segala kesederhanaan unsur Tari Ondel-ondel, dapat dipastikan bahwa Ondel-ondel bukan berasal dari keanggunan dan kemegahan istana. Boneka Ondel-ondel dibuat dari anyaman bambu dengan tinggi sekitar 2,5 meter dan diameter kurang lebih 80 cm. Dibuat sedemikian rupa agar orang yang memikul boneka tersebut leluasa. Rambutnya terbuat dari ijuk dan kertas warna-warni. Ondel-ondel selalu diarak sepasang. Ondel-ondel lelaki wajahnya berwarna merah, sedangkan wajah ondel-ondel perempuan berwarna putih atau kuning.

Konon, bentuk Ondel-ondel adalah personifikasi dari leluhur masyarakat Betawi yang senantiasa menjaga keturunannya dari gangguan roh halus. Tidak heran kalau bentuk Ondel-ondel jaman dulu berkesan sangat menyeramkan. Berbeda dengan ondel-ondel yang dapat dilihat saat ini, yang lebih berkesan seperti sepasang ibu-bapak.Meski terjadi pergeseran fungsi, unsur ritual tak sepenuhnya lepas dari tradisi Ondel-ondel. Pada proses pembuatan ondel-ondel dilakukan secara tertib, ada waktu khusus untuk membuat Ondel-ondel. Baik waktu membentuk wajahnya demikian pula ketika menganyam badannya dengan bambu.


Sebelum mulai membuat Ondel-ondel, biasanya disediakan sesajen yang berisi bubur merah putih, rujak-rujakan tujuh rupa, bunga-bungaan tujuh macam, asap kemenyan, dan sebagainya. Demikian pula ondel-ondel yang sudah jadi, biasa pula disediakan sesajen dan dibakari kemenyan, disertai mantera-mantera ditujukan kepada roh halus yang dianggap menunggui ondel-ondel tersebut. Sebelum dikeluarkan dari tempat penyimpanan, bila akan berangkat main, senantias diadakan ritual. Pembakaran kemenyan dilakukan oleh pimpinan rombongan, atau salah seorang yang dituakan. Menurut istilah setempat upacara demikian disebut ngukup. Sebenarnya tidak ada musik yang khusus untuk mengiringi arakan Ondel-ondel. Terkadang Tanjidor, Kendang Pencak, Bende, atau Rebana Ketimpring.


Sumber: kebudayaanindonesia.net


Sunday, December 14, 2014

Ronggeng





Ronggeng adalah jenis kesenian tari Jawa di mana pasangan saling bertukar ayat-ayat puitis saat mereka menari diiringi music dari rebab atau biola dan gong. Ronggeng mungkin berasal dari Jawa, tetapi juga dapat ditemukan di Sumatra dan Semenanjung Malaya. Ronggeng mungkin telah ada di Jawa sejak zaman kuno, relief di bagian Karmawibhanga pada abad ke-8 Borobudur menampilkan adegan perjalanan rombongan hiburan dengan musisi dan penari wanita. Di Jawa, penampilan ronggeng tradisional menampilkan rombongan tari perjalanan yang berjalan dari desa ke desa. Pasukan tari terdiri dari satu atau beberapa penari wanita profesional, disertai oleh sekelompok musisi memainkan alat musik: rebab dan gong.

Istilah "ronggeng" juga diterapkan untuk penari wanita. Selama penampilan ronggeng, para penari profesional perempuan diharapkan untuk mengundang beberapa penonton laki-laki atau klien untuk menari dengan mereka sebagai pasangan dengan memberi uang tips untuk penari wanita, diberikan selama atau setelah tarian. Pasangan tarian intim dan penari perempuan mungkin melakukan beberapa gerakan yang mungkin dianggap terlalu erotis dalam standar kesopanan etiket keraton Jawa. Di masa lalu, nuansa erotis dan seksual dari tarian ronggeng memberinya reputasi buruk sebagai prostitusi yang terselubung seni tari.



Sumber: wikipedia
                                                                                                 

Thursday, December 11, 2014

BUDAYA BATIK

Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Perempuan-perempuan Jawa pada masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga pada masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya "Batik Cap" yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini. Ada beberapa pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak "Mega Mendung", dimana di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum lelaki.

Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun temurun, sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang. Bahkan sampai saat ini, beberapa motif batik tadisional hanya dipakai oleh keluarga keraton Yogyakarta dan Surakarta.

Batik merupakan warisan nenek moyang Indonesia ( Jawa ) yang sampai saat ini masih ada. Batik juga pertama kali diperkenalkan kepada dunia oleh Presiden Soeharto, yang pada waktu itu memakai batik pada Konferensi PBB.


CORAK BATIK
Ragam corak dan warna Batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing. Awalnya, batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas, dan beberapa corak hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu. Namun batik pesisir menyerap berbagai pengaruh luar, seperti para pedagang asing dan juga pada akhirnya, para penjajah. Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh Tionghoa, yang juga memopulerkan corak phoenix. Bangsa penjajah Eropa juga mengambil minat kepada batik, dan hasilnya adalah corak bebungaan yang sebelumnya tidak dikenal (seperti bunga tulip) dan juga benda-benda yang dibawa oleh penjajah (gedung atau kereta kuda), termasuk juga warna-warna kesukaan mereka seperti warna biru. Batik tradisonal tetap mempertahankan coraknya, dan masih dipakai dalam upacara-upacara adat, karena biasanya masing-masing corak memiliki perlambangan masing-masing.


  

Sumber: wikipedia


SEJARAH BATIK

Seni pewarnaan kain dengan teknik perintang pewarnaan menggunakan malam adalah salah satu bentuk seni kuno. Penemuan di Mesir menunjukkan bahwa teknik ini telah dikenal semenjak abad ke-4 SM, dengan diketemukannya kain pembungkus mumi yang juga dilapisi malam untuk membentuk pola. Di Asia, teknik serupa batik juga diterapkan di Tiongkok semasa Dinasti T'ang (618-907) serta di India dan Jepang semasa Periode Nara (645-794). Di Afrika, teknik seperti batik dikenal oleh Suku Yoruba di Nigeria, serta Suku Soninke dan Wolof di Senegal. Di Indonesia, batik dipercaya sudah ada semenjak zaman Majapahit, dan menjadi sangat populer akhir abad XVIII atau awal abad XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad XX dan batik cap baru dikenal setelahPerang Dunia I atau sekitar tahun 1920-an.



Walaupun kata "batik" berasal dari bahasa Jawa, kehadiran batik di Jawa sendiri tidaklah tercatat. G.P. Rouffaer berpendapat bahwa tehnik batik ini kemungkinan diperkenalkan dari India atau Srilangka pada abad ke-6 atau ke-7. Di sisi lain, J.L.A. Brandes (arkeolog Belanda) dan F.A. Sutjipto (sejarawan Indonesia) percaya bahwa tradisi batik adalah asli dari daerah seperti Toraja, Flores, Halmahera, dan Papua. Perlu dicatat bahwa wilayah tersebut bukanlah area yang dipengaruhi oleh Hinduisme tetapi diketahui memiliki tradisi kuna membuat batik.

G.P. Rouffaer juga melaporkan bahwa pola gringsing sudah dikenal sejak abad ke-12 di Kediri,Jawa Timur. Dia menyimpulkan bahwa pola seperti ini hanya bisa dibentuk dengan menggunakan alat canting, sehingga ia berpendapat bahwa canting ditemukan di Jawa pada masa sekitar itu.Detil ukiran kain yang menyerupai pola batik dikenakan oleh Prajnaparamita, arca dewi kebijaksanaan buddhis dari Jawa Timur abad ke-13. Detil pakaian menampilkan pola sulur tumbuhan dan kembang-kembang rumit yang mirip dengan pola batik tradisional Jawa yang dapat ditemukan kini. Hal ini menunjukkan bahwa membuat pola batik yang rumit yang hanya dapat dibuat dengan canting telah dikenal di Jawa sejak abad ke-13 atau bahkan lebih awal.
Legenda dalam literatur Melayu abad ke-17, Sulalatus Salatin menceritakan Laksamana Hang Nadim yang diperintahkan oleh Sultan Mahmud untuk berlayar ke India agar mendapatkan 140 lembar kain serasah dengan pola 40 jenis bunga pada setiap lembarnya. Karena tidak mampu memenuhi perintah itu, dia membuat sendiri kain-kain itu. Namun sayangnya kapalnya karam dalam perjalanan pulang dan hanya mampu membawa empat lembar sehingga membuat sang Sultan kecewa. Oleh beberapa penafsir, serasah itu ditafsirkan sebagai batik.

Dalam literatur Eropa, teknik batik ini pertama kali diceritakan dalam buku History of Java(London, 1817) tulisan Sir Thomas Stamford Raffles. Ia pernah menjadi Gubernur Inggris di Jawa semasa Napoleon menduduki Belanda. Pada 1873 seorang saudagar Belanda Van Rijekevorselmemberikan selembar batik yang diperolehnya saat berkunjung ke Indonesia ke Museum Etnik di Rotterdam dan pada awal abad ke-19 itulah batik mulai mencapai masa keemasannya. Sewaktu dipamerkan di Exposition Universelle di Paris pada tahun 1900, batik Indonesia memukau publik dan seniman.

Semenjak industrialisasi dan globalisasi, yang memperkenalkan teknik otomatisasi, batik jenis baru muncul, dikenal sebagai batik cap dan batik cetak, sementara batik tradisional yang diproduksi dengan teknik tulisan tangan menggunakan canting dan malam disebut batik tulis. Hugh Clifford merekam industri di Pekan tahun 1895 bagi menghasilkan batik, kain pelangi, dan kain telepok.

Sumber: wikipedia


Monday, December 8, 2014

APA ITU BATIK?

Batik adalah salah satu cara pembuatan bahan pakaian. Selain itu batik bisa mengacu pada dua hal. Yang pertama adalah teknik pewarnaan kain dengan menggunakan malamuntuk mencegah pewarnaan sebagian dari kain. Dalam literatur internasional, teknik ini dikenal sebagai wax-resist dyeing. Pengertian kedua adalah kain atau busana yang dibuat dengan teknik tersebut, termasuk penggunaan motif-motif tertentu yang memiliki kekhasan. Batik Indonesia, sebagai keseluruhan teknik, teknologi, serta pengembangan motif dan budaya yang terkait, oleh UNESCO telah ditetapkan sebagai WARISAN KEMANUSIAAN UNTUK BUDYA LISAN DAN NONBENDAWI(MASTERPIECES OF THE ORAL AND INTANGIBLE HERITAGE OF HUMANITY) sejak 2 Oktober, 2009.

Kata batik berasal dari gabungan dua kata bahasa jawa, yaitu amba yang berarti menulis dan titik yang bermakna titik.






Sumber : wikipedia

Saturday, December 6, 2014

Perhiasaan dari Indonesia

Kemampuan masyarakat Nusantara dalam membuat perhiasan ditengarai sudah lebih lama dari Kebudayaan Perunggu Dong-Song yang berusia sekitar 1000 SM.  Ditemukannya topeng perunggu di Goa Made (Jawa Timur) yang berusia 3000 SM merupakan bukti bahwa kemampuan masyarakat Indonesia mengolah logam (perunggu) sudah sangat maju pada waktu itu.
Sejak 500 SM, terjadi pengayaan teknik pengolahan logam di Nusantara akibat pertemuan antar budaya, Nusantara, Cina, dan India. Tidak hanya karena para pelaut Cina dan India yang datang ke Indonesia tetapi juga disebabkan oleh para pelaut Nusantara yang mampu berlayar hingga Desantara (Siam dan sekitarnya), Dwipantara (Cina dan India), Yawana (Jazirah Arab), dan Jenggi (Afrika/Madagaskar). Pengayaan semakin menjadi-jadi pada jaman Klasik, Jaman Hindu Budha. Perpaduan antara kearifan lokal dan budaya pendatang melahirkan teknik pengolahan logam yang sangat canggih pada masanya. Pada masa Islam, tidak terjadi perkembangan teknik pengolahan, karena teknik pengolahan logam sudah mencapai puncaknya. Yang terjadi adalah pengayaan corak, bentuk, dan ornamen. Demikian pula pada masa Kolonialisasi Belanda.
Yang jelas, perhiasan sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat di Nusantara. Mampu mengungkapkan banyak hal, tidak hanya yang berhubungan dengan bahan dan teknik, tetapi juga latar belakang sosial, politik, budaya, dan sejarah masyarakat pada masanya.

Kalung Muse
Kalung ini merupakan kalung tradisional dari daerah pulau Tanimbar, Propinsi Maluku, bagian barat daya. Berusia sekitar 100 tahun dan terbuat dari perak.

Galang Gadang
Berasal dari Batusangkar, Minangkabau. Masyarakat Minang menyebutnya juga dengan galang adat yang berfungsi sebagai pamaga  (pemagar) simbol dari niniak mamak yang bermakna bahwa tindak-tanduk pengguna harus sesuai aturan. Biasa digunakan pada pesta perkawinan. Berusia sekitar 100  tahun dan terbuat dari perak namun keahlian membuat gelang jenis ini ditengarai sejak abad XVI.

Taiganja
Taiganja berfungsi sebagai leontin yang berfungsi sebagai lambang kesuburan, kemakmuran, dan kekebalan dari  kemalangan bagi masyarakat yang tinggal di Kulawi, Sulawesi Tengah. Konon, dipercaya pula bahwa benda ini memiliki kekuatan suci, sehingga harus ditempatkan secara aman di peti harta khusus. Berusia sekitar 100 tahun dan terbuat dari kuningan.

Kalung Anak Ayam Duapuluh
Nama ini diduga muncul karena jumlah ornamen yang berbentuk mirip anak ayam berjumlah dua puluh buah. Terbuat dari emas dengan hiasan intan dan berusia sekitar 100 tahun dan berasal dari Sumatera Selatan.

Karabu Kudung Kudung
Anting khas suku Batak Karo, Sumatra Utara ini dibuat dengan teknik hias yang cukup sulit. Teknik benang logam (filigri) dan butiran logam (granulasi) terlihat sangat sempurna pada anting yang berusia sekitar 100 tahun dan terbuat dari perak ini.

Riti, Knei atau Keke
Gelang ini merupakan gelang khas suku Atoni (juga dikenal sebagai Atoin Meto atau Dawan) di Timor. Gelang ini bisa tampil dengan berbagai macam elemen hias di atasnya, termasuk elemen hias bunga belimbing, unggas, salib, atau mitra (topi Uskup atau  Paus yang digunakan pada perjamuan ekaristi umat Katolik Ada pendapat yang mengatakan gelang ini digunakan pula oleh penduduk di kabupaten Belu di kota Atambua yang tadinya merupakan pengungsi Timor Timor yang sekarang sudah menjadi Warga Negara Indonesia. Terbuat dari perak dan berusia sekitar 50 tahun.

Bura Layang-Layang
Disebut dengan layang-layang karena bentuknya yang mirip dengan layang-layang tradisional (bukan berbentuk segi empat) yang dibuat dengan teknik hias filigri dan granulasi. Kalung ini merupakan kalung khas masyarakat Batak Karo, Sumatra Utara, yang terbuat dari perak disepuh emas dengan usia sekitar 100 tahun.

Pandieng
Pandieng merupakan salah satu perhiasan pria yang berfungsi sebagai penunjuk status. Biasanya digabung dengan kain berukuran sekitar 15 – 80 cm yang disulam tangan dan dihias dengan benang emas. Gabungan antara pandieng dan kain disebut ikek pinggang. Biasanya pandieng terbuat dari kuningan, perak, dan emas. Pada foto ini, pandieng terbuat dari emas yang diperindah dengan batu rubi merah, berasal dari Bukittinggi, Sumatera Barat, berusia sekitar 100 tahun.

Pending Peranakan
Masyarakat Peranakan yang muncul sekitar abad XVIII, memiliki kebudayaan campuran – kebudayaan dari Cina dan kebudayaan lokal di Indonesia pada kehidupan sehari-hari. Para wanita Peranakan biasanya menggunakan sarung batik dan kebaya encim. Dilengkapi dengan berbagai perhiasan, termasuk pending yang terbuat dari perak atau emas sebagai perhiasan pinggang. Biasanya terbuat dari emas dengan teknik hias ukir dan tatah. Seperti pada pending ini, terbuat dari emas, berusia sekitar 100 tahun, dan digunakan oleh wanita Peranakan di daerah Sumatera Selatan.

Sertali Layang-Layang
Perhiasan ini dikenakan oleh perempuan Batak Karo pada upacara-upacara penting. Keunikan kalung ini terletak pada elemen yang bentuknya mirip tanduk kerbau yang saling membelakangi. Namun jika dilihat secara utuh elemen ini mirip dengan bentuk layang-layang tradisional (yang masih populer di Bali, dan tidak berbentuk segi empat). Diduga dari bentuk ini istilah sertali layang layang muncul. Selain itu terdapat pula elemen berbentuk mirip dengan atap rumah yang diberi nama rumah rumah. Terakhir, logam berbentuk bulat sebagai “penyambung” kedua elemen di atas yang dikenal dengan istilah lepah-lepah. Terbuat dari perak dan berusia sekitar 100 tahun.

Mamuli
Mamuli adalah perhiasaan terlinga khas dari Sumba, Nusatenggara Timur yang ukurannya agak besar dengan tambahan hiasan ornamen pelengkap. Bentuk dasar perhiasan ini menyerupai bentuk rahim sebagai simbol kewanitaan dan perlambangan kesuburan. Ini merupakan perlambang bahwa kedudukan perempuan di Sumba cukup istimewa. Walaupun mamuli melambangkan perempuan (feminim), namun dianggap mengandung nilai maskulinitas berdasarkan karakteristik ornanmen sekunder yang ada pada kaki mamuli. Kadang berbentuk hewan, tetapi tidak jarang berbentuk prajurit membawa tombak dan perisai. Terbuat dari perak dan berusia sekitar 100 tahun.

Anting Dayak
Perhiasan telingan ini biasa dipakai oleh perempuan suku Dayak Kayan dan Kenyah yang termasuk dalam rumpun Apokayan, salah satu dari enam rumpun suku Dayak di Kalimantan. Anting jenis ini digunakan oleh perempuan Dayak Kenyah dan Kayan. Masing-masing anting memiliki berat hampir 200 gram yang mengakibatkan lubang di cuping telinga semakin membesar, dan cuping telinga semakin panjang. Semakin panjang telinga seorang perempuan dianggap semakin cantik. Terbuat dari kuningan dengan usia sekitar 50 tahun.














SUMBER : http://www.indonesiakaya.com/kanal/detail/kisah-perhiasan-indonesia


Wednesday, December 3, 2014

Mandi Balimau Kasai Potang Mogang


Mandi Balimau Kasai Potang Mogang: Upacara Penyucian Diri Menyambut Ramadhan di Pelalawan



 

Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya dengan tradisi adat budaya yang diturunkan dari generasi ke generasi. Meskipun hembusan perubahan zaman kian kuat menerpa sebagian masyarakatnya namun beberapa tradisi masih kuat berakar dan terus dilaksanakan. Salah satu contohnya dapat Anda temukan di Kabupaten PelalawanProvinsi Riau. Di sana masyarakatnya rutin setiap tahun menggelar tradisi Mandi Balimau Kasai Potang Mogang, yaitu upacara penyucian diri sebelum menyambut datangnya bulan suci Ramadhan.


Selain dianggap sebagai upacara penyucian diri lahir dan batin, Mandi Balimau Kasai Potang Mogang juga sebagai ucapan syukur dan ungkapan kegembiraan datangnya bulan puasa yang akan segera datang. Dalam bahasa setempat, balimau berarti “mandi”dengan menggunakan air yang dicampur jeruk atau limau. Sedangkan kasai berarti “wangi-wangian” yang biasanya dipakai masyarakat setempat untuk berkeramas. Masyarakat Pelalawan memiliki keyakinan bahwa kasai dapat mengusir segala macam dengki yang tertanam dalam hati manusia selama bulan ramadhan.

Tradisi Balimau Kasai Potang Mogang sudah berlangsung selama ratusan tahun. Menurut cerita masyarakat Pelalawan, tradisi ini berawal dari kebiasaan Raja Pelalawan tetapi ada juga yang meyakini bahwa tradisi ini berasal dari tradisi yang sama yang ada di Sumatera Barat. Sedangkan tradisi Balimau Kasai yang ada di Kampar merupakan tradisi hasil perkawinan dua keyakinan yaitu Hindu dan Islam yang keberadaannya sudah ada sejak masa Kerajaan Muara Takus.

Apabila Anda berkunjung ke Kabupaten Pelalawan yang merupakan pintu gerbang menuju keajaiban gelombang Bono di Sungai Kampar maka sempatkanlah untuk datang ke Kecamatan Langgam. Di sana Anda dapat menyaksikan langsung tradisi sekali setahun ini. Akan tetapi, perlu diingat bahwa tradisi ini hanya diadakan ketika menjelang bulan puasa saja.

Upacara Balimau Kasai Potang Mogang dimulai dengan makan bejambau (makan beradat) bersama para pemuka adat, batin, ninek mamak, serta tokoh masyarakat dan para alim ulama. Kemudian mereka yang hadir akan berjalan kaki sejauh 1,5 kilometer menuju Anjungan Ranah Tanjung Bunga tempat pelaksanaan Balimau Kasai Potang Mogang.

Sebelum prosesi Balimau Kasai dilaksanakan, upacara Togak Tonggol terlebih dahulu dilakukan sebagai upacara pembuka dipimpin oleh Datuk Rajo Bilang Bungsu. Tonggol adalah bendera simbol kebesaran suku-suku masyarakat adat Langgam yang dikibarkan di atas tiang panjang. Pengibaran bendera tersebut merupakan pertanda bahwa suku pemilik tonggol tidak memiliki permasalahan apapun di dalam adat mereka. Oleh karena pentingnya pesan tersirat dalam bendera tersebut maka dalam setiap acara adat, tonggol harus dikibarkan. Setelah Togak Tonggol selesai dilaksanakan, warga yang hadir akan beramai-ramai masuk ke sungai dan mandi bersama-sama.

Sumber : http://www.indonesia.travel/id/destination/894/sungai-kampar/article/287/mandi-balimau-kasai-potang-mogang-upacara-penyucian-diri-menyambut-ramadhan-di-pelalawan