Saturday, January 31, 2015

Bungong Jeumpa

BUNGONG JEUMPA  (Aceh)

Bungong jeumpa bungong jeumpa

Megah di Aceh

Bungong telebeh-telebeh

Indah lagoina


Puteh kuneng mejampu mirah

Keumang siulah cidah thah ruah

Puteh kuneng mejampu mirah

Keumang siulah cidah thah ruah


Lam sinar buleun lam sinar buleun

Angen peu ayon

Ruroh mesuson-mesuson

Nyang mala-mala


Mangat that mebe’i menyo tat him com

Lepah that harum si bungong jeumpa

Mangat that mebe’i menyo tat him com

Lepah that harum si bungong jeumpa




Arti Lagu Bungong Jeumpa :

Bunga Jeumpa Bunga Jeumpa
Megah di Aceh
Bunga yang lebih indah
Dari bunga2 yang lain

Putih kuning bercampur merah
Kembang jeumpa yang indah sekali
Putih kuning bercampur merah
Kembang jeumpa ini yang indah sekali

Dalam sinar bulan dalam sinar bulan
Angin berayun
Jatuh berguguran
Yang selama-lamanya

Enak sekali bauknya kalau kita cium
Sangat harum si bunga jeumpa
Enak sekali bauknya kalau kita cium
Sangat harum si bunga jeumpa



Tuesday, January 27, 2015


Salah satu tempat dimana kita bisa lebih mengenal budaya INDONESIA

GAMELAN JAWA


Melihat warga negara asing belajar memainkan musik tradisional kita apa kita tidak tertarik? 
Tidak malu apabila kita sendiri tidak tahu/mengenalnya?

Saturday, January 24, 2015

RASA SAYANG SAYANGE


PENASARAN SEPERTI APA LAGUNYA? DENGARKAN DI: www.youtube.com/watch?v=u6-rAzv3KAE

Friday, January 23, 2015

BAMBU GILA MALUKU




Bambu Gila merupakan sebuah tarian yang mengandung unsur mistis, mantan, dan kemenyan. Sebanyak tujuh pria kuat bertarung melawan sebatang bambu dengan panjang sekitar 2,5 meter dan berdiameter 8 cm.

Ini merupakan pemandangan menarik, saat menyaksikan ini Anda akan merasakan pengalaman supranatural yang mungkin jarang atau belum pernah Anda rasakan sebelumnya.

Tarian ini juga dikenal dengan nama Buluh (bambu) Gila atau Bara Suwen. Pertunjukan ini bisa ditemui di dua desa yaitu Desa Liang, kecamatan Salahatu, dan Desa Mamala, kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah. Di Provinsi Maluku Utara, atraksi yang bernuansa mistis ini dapat dijumpai di beberapa daerah di kota Ternate dan sekitarnya.

Untuk memulai pertunjukan ini sang pawang membakar kemenyan di dalam tempurung kelapa sambil membaca mantra dalam ‘bahasa tanah’ yang merupakan salah satu bahasa tradisional Maluku. Kemudian asap kemenyan dihembuskan pada batang bambu yang akan digunakan. Jika menggunakan jahe maka itu dikunyah oleh pawang sambil membacakan mantra lalu disemburkan ke bambu.

Fungsi kemenyan atau jahe ini untuk memanggil roh para leluhur sehingga memberikan kekuatan mistis kepada bambu tersebut. Roh-roh inilah yang membuat batang bambu seakan-akan menggila atau terguncang-guncang dan semakin lama semakin kencang serta sulit untuk dikendalikan.

Dalam berbagai atraksi yang melibatkan hawa mistis, manusialah yang dirasuki oleh roh mistis tetapi dalam tarian ini roh mistis yang dipanggil dialihkan ke dalam bambu. Ketika pawang membacakan mantra berulang-ulang, si pawang lantas berteriak “gila, gila, gila!” Atraksi bambu gila pun dimulai. Alunan musik mulai dimainkan ketika tujuh pria yang memegang bambu mulai merasakan guncangan bambu gila.

Bambu terlihat bergerak sendiri ketika pawang menghembuskan asap dan menyemburkan jahe ke batang bambu. Para pria yang memeluk bambu mulai mengeluarkan tenaga mereka untuk mengendalikan kekuatan guncangan bambu. Ketika irama musik mulai dipercepat, bambu bertambah berat dan menari dengan kekuatan yang ada di dalamnya. Atraksi bambu gila berakhir dengan jatuh pingsannya para pemain di arena pertunjukan. Hal yang unik dari pertunjukan ini, kekuatan mistis bambu gila tidak akan hilang begitu saja sebelum diberi makan api melalui kertas yang dibakar.

Bambu yang digunakan merupakan bambu lokal. Namun, proses memilih dan memotong bambu tidak sembarangan, karena dibutuhkan perlakuan khusus. Pawang terlebih dahulu meminta izin dari roh yang menghuni hutan bambu tersebut.

Bambu kemudian dipotong dengan melakukan adat tradisional. Bambu dibersihkan dan dicuci dengan minyak kelapa kemudian dihiasi dengan kain pada setiap ujungnya. Dahulu, bambu langsung diambil dari Gunung Gamalama, gunung api di Ternate, Maluku Utara. Saat ini, tarian bambu gila dipelajari dan dimainkan di luar pulau Maluku.

Tradisi tari bambu gila diyakini sudah lama dimulai sebelum masa Islam dan Kristen masuk ke kepulauan ini. Saat ini tari berbau mistis ini hanya dipentaskan di beberapa desa kecil. Melihat tarian ini merupakan pengalaman spiritual yang unik. Lantunan mantra dari pawang dan tabuhan tifa menciptakan pertunjukan yang tidak bisa Anda temukan ditempat lain di dunia. Apalagi jika Anda ikut menari dengan bambu gila, membuat pengalaman ini sulit untuk Anda lupakan.

Monday, January 19, 2015

TARI ORLAPEI

Tarian ini adalah tarian penyambutan para tamu kehormatan pada acara-acara Negeri/Desa di Maluku Tengah. Pada umumnya menggambarkan suasana hati yang gembira dari seluruh masyarakat terhadap kedatangan tamu kehormatan di Negeri/Desa-nya, dan menjadi ungkapan Selamat Datang. Kombinasi pola lantai dan gerak serta rithem musik lebih memperkuat ungkapan betapa seluruh masyarakat Negeri/Desa setempat merasa sangat senang dengan hadirnya tamu kehormatan di Negeri/Desa mereka.Tarian ini menggunakan properti “gaba-gaba” (bagian tangkai dari pohon sagu/rumbia sebagai makanan khas rakyat Maluku, dan dalam dialek Maluku disebut “jaga sagu”) Diiringi alat musik tradisional rakyat Maluku, yaitu : Tifa, Suling Bambu, Ukulele, dan Gitar.


BUKA DI SINI UNTUK MELIHAT SEPERTI APA SIH TARIANNYA: www.youtube.com/watch?v=ztjoY1K6VdA

Saturday, January 17, 2015

Anging Mamiri

Pernahkah kalian mendengar lagu tradisional yang tergolong santai namun tetap tegas dan ayu ini? 

Lagu ini merupakan lagu tradisional daerah Sulawesi Selatan seringkali dinyanyikan dan adapula yang digunakan sebagai pengiring lagu menari dengan menggunakan kipas.


Tuesday, January 13, 2015

TARI CAKALELE

Cakalele merupakan tarian tradisional Maluku yang dimainkan oleh sekitar 30 laki-laki dan perempuan. Para penari cakalele pria biasanya menggunakan parang dan salawaku sedangkan penari wanita menggunakan lenso (sapu tangan).

Cakelele merupakan tarian tradisional khas Maluku. Para penari laki-laki mengenakan pakaian perang yang didominasi oleh warna merah dan kuning tua. Di kedua tangan penari menggenggam senjata pedang (parang) di sisi kanan dan tameng (salawaku) di sisi kiri, mengenakan topi terbuat dari alumunium yang diselipkan bulu ayam berwarna putih.

Sementara, penari perempuan mengenakan pakaian warna putih sembari menggenggam sapu tangan (lenso) di kedua tangannya. Para penari Cakalele yang berpasangan ini, menari dengan diiringi musik beduk (tifa), suling, dan kerang besar (bia) yang ditiup.

Keistimewaan tarian ini terletak pada tiga fungsi simbolnya:
(1) Pakaian berwarna merah pada kostum penari laki-laki, menyimbolkan rasa heroisme terhadap bumi Maluku, serta keberanian dan patriotisme orang Maluku ketika menghadapi perang.
(2) Pedang pada tangan kanan menyimbolkan harga diri warga Maluku yang harus dipertahankan hingga titik darah penghabisan.
(3) Tameng (salawaku) dan teriakan lantang menggelegar pada selingan tarian menyimbolkan gerakan protes terhadap sistem pemerintahan yang dianggap tidak memihak kepada masyarakat.


Sunday, January 11, 2015

KOTEKA

Koteka adalah pakaian untuk menutup kemaluan laki-laki dalam budaya sebagian penduduk asli Pulau Papua. Koteka terbuat dari kulit labu air, Lagenaria siceraria. Isi dan biji labu tua dikeluarkan dan kulitnya dijemur. Secara harfiah, kata ini bermakna "pakaian", berasal dari bahasa salah satu suku di Paniai. Sebagian suku pegunungan Jayawijaya menyebutnya holim atau horim.

Tak sebagaimana anggapan umum, ukuran dan bentuk koteka tak berkaitan dengan status pemakainya. Ukuran biasanya berkaitan dengan aktivitas pengguna, hendak bekerja atau upacara. Banyak suku-suku di sana dapat dikenali dari cara mereka menggunakan koteka. Koteka yang pendek digunakan saat bekerja, dan yang panjang dengan hiasan-hiasan digunakan dalam upacara adat.

Namun, setiap suku memiliki perbedaan bentuk koteka. Orang Yali, misalnya, menyukai bentuk labu yang panjang. Sedangkan orang Tiom biasanya memakai dua labu.


Seiring waktu, koteka semakin kurang populer dipakai sehari-hari. Koteka dilarang dikenakan di kendaraan umum dan sekolah-sekolah. Kalaupun ada, koteka hanya untuk diperjualbelikan sebagai cenderamata.

Di kawasan pegunungan, seperti Wamena, koteka masih dipakai. Untuk berfoto dengan pemakainya, wisatawan harus merogoh kantong beberapa puluh ribu rupiah. Di kawasan pantai, orang lebih sulit lagi menemukannya.



SUMBER: forum.indowebster.com dan wikipedia

Thursday, January 8, 2015

Kampuang Nan Jauh di Mato



Arti Lagu :
Kampung halaman yang jauh di mata
Gunung banyak sekelilingnya
Terkenang pada kawan-kawan lama
Saat aku bersuling-suling (memainkan suling)
Penduduknya yang baik
Yang suka bergotong royong
kalau susah sama-sama dirasa
Aku teringat pada kampung
Terkenang pada kampung halaman
Ibu ayah adik semuanya
Serasa memanggil aku pulang
Aku teringat pada kampung

Dengar lagunya di: www.youtube.com/watch?v=9Hrs8VO7uIM

Monday, January 5, 2015

TARI KHAS BETAWI

Jakarta memiliki cukup banyak tarian tradisional yang hidup dan berkembang dalam kebudayaan masyarakat aslinya, yakni masyarakat Betawi. Tarian Betawi terbentuk dari proses asimilasi berbagai kebudayaan, seperti Melayu, Arab, Cina, Portugis, India, dll. Tarian Betawi juga mempunyai ciri khas sendiri, yaitu penggunaan suara musik pengiring yang riang serta gerakan-gerakan tari yang dinamis. Di bawah ini ada lima jenis tarian Jakarta yang paling populer untuk Anda ketahui.

1. Tari Topeng Betawi
 Tari Topeng cukup lama dikenal dan berkembang dalam masyarakat Betawi. Tarian ini merupakan paduan aspek tari, musik, dan teater. Penggunaan topeng dalam tarian ini didasarkan atas kepercayaan dahulu masyarakat Betawi bahwa topeng mempunyai kekuatan magis yang dapat menolak bala, bahkan menghilangkan rasa duka. Oleh karenanya, Tari Topeng biasanya dipentaskan untuk memeriahkan pesta-pesta penting, misalnya pada acara pernikahan dan khitan.

 Lihat di: www.youtube.com/watch?v=0v5RZVtVbPA

2. Tari Yapong
Tari Yapong pertama kali diperkenalkan pada tahun 1977 dalam rangka mempersiapkan acara ulang tahun kota Jakarta ke-450. Tari Yapong telah diciptakan oleh Bagong Kussudiarjo. Nama tari ini berasal dari bunyi nyanyian lagunya “ya, ya, ya”  dan alunan musik yang berbunyi “pong, pong, pong.” Gerakan tarian ini sangat dinamis dan gembira sehingga sering dipentaskan dalam acara-acara sambutan.

Nonton: www.youtube.com/watch?v=tVrQMqWiNHM

3. Tari Cokek
Tarian khas Betawi ini ditarikan berpasangan dan sangat kental dengan budaya etnik Cina. Kata cokek sendiri berasal dari bahasa Cina cukin yang berarti selendang yang dipakai para penari wanitanya guna menarik pasangannya. Tarian Cokek ini diiringi oleh musik Gambang Kromong dan ciri khasnya adalah goyangan pinggul yang dinamis.

Buka: www.youtube.com/watch?v=aUTlI9ROcAc

4. Tari Lenggang Nyai
Tari Lenggang Nyai juga sering disebut sebagai tari Lenggang Betawi. Tarian ini telah diciptakan oleh Wiwik Widiastuti pada tahun 1998 hingga tarian ini bisa dianggap masih baru. Tarian ini didasarkan pada cerita rakyat setempat, yakni tentang Nyai Dasimah yang telah berhasil keluar dari perkawinan yang merenggut kebebasannya. Seperti Tari Cekok, Tari Lenggang Nyai juga banyak dipengaruhi oleh budaya Cina. Sekelompok gadis belia berjumlah 4 atau sampai 6 orang biasanya yang membawakan tarian ini dan sering dipentaskan pada acara-acara resmi penyambutan tamu penting atau pernikahan.


Ayo di buka: www.youtube.com/watch?v=s1eokDR8ODo

5. Tari Japin
Tarian ini merupakan adaptasi dari Tari Zapin yang dipengaruhi oleh budaya Arab adan Melayu. Konon, pengubahan kata zapin menjadi japin dikarenakan kebiasaan masyarakat Betawi menyebut kata Z dengan huruf J. Tari Japin diiringi oleh musik dan lagu Betawi, yang terdiri dari alat musik gambus dan marwas. Keunikan Tari Japin Betawi ini dilihat dari kelincahan para penarinya yang melompat-lompat dan biasanya ditarikan secara berpasangan.


Nonton Tari Japin: www.youtube.com/watch?v=AjHkwEQc9J0


 Sumber: belindomag.nl

                                                                  



Friday, January 2, 2015

Apuse

APUSE  (Papua)

Apuse kokon dau ya rabe soren doreri

Wuf lenso bani nema baki pase


Apuse kokon dau ya rabe soren doreri


Wuf lenso bani nema baki pase


Arafabye aswarakwar


Arafabye aswarakwar




Arti Lagu Apuse:

Kakek-nenek aku mau pergi ke negeri seberang, Teluk Doreri

Pegang saputangan dan melambaikan tangan

Kakek/nenek aku mau pergi ke negeri seberang, Teluk Doreri

Pegang saputangan dan melambaikan tangan

Kasihan aku, selamat jalan cucuku

Kasihan aku, selamat jalan cucuku

SOLERAM